Edit Content

Menu Utama

Lainnya

Aturan Deforestasi Eropa Gak Ngaruh, Harga CPO Kembali Ngegas

JAKARTA-Pada perdagangan Jumat (2/6/2023) harga minyak kelapa sawit (CPO) naik hingga 1,81% di posisi MYR3.380 pada pukul 09.57 WIB. Kenaikan terjadi karena perselisihan antara Uni Eropa dan produsen minyak sawit utama Indonesia dan Malaysia.

Sengketa minyak sawit tidak akan berpengaruh pada pembicaraan perdagangan Uni Eropa (EU), Indonesia dan Malaysia. Perselisihan antara Uni Eropa dan produsen minyak sawit utama Indonesia dan Malaysia atas undang-undang deforestasi yang baru tidak akan berpengaruh pada negosiasi kedua negara yang tertahan pada perjanjian perdagangan bebas, ucap seorang menteri Malaysia pada hari Kamis.

Menanggapi laporan Financial Times yang mengatakan pembicaraan bisa ditunda karena masalah kelapa sawit, Menteri Komoditas Fadillah Yusof mengatakan negosiasi Malaysia dengan UE mengenai kesepakatan perdagangan, yang telah tertahan sejak 2012, dapat dilanjutkan jika UE mau memperlakukan Malaysia dengan adil dan sebagai mitra.

Fadillah juga mengatakan Indonesia telah merundingkan FTA UE selama tujuh tahun dan “sangat sabar” menunggu lebih lama.

Pejabat tinggi dari Indonesia dan Malaysia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, telah berada di Brussel menyuarakan keprihatinan atas Peraturan Deforestasi UE (EUDR), yang mereka yakini dapat merugikan usaha pertanian kecil. “Langkah pertama adalah melihat ke EUDR,” ucap Fadillah, yang juga wakil menteri, kepada wartawan di Brussels seperti ditulis CNBC Indonesia.

“Kami pergi menemui mereka, kami mempresentasikan kasus kami khususnya perlakuan yang adil dan bagaimana mereka akan menanggapi sejauh menyangkut petani kecil, jika ada tanggapan yang baik dari mereka, pasti FTA akan menjadi salah satu bidang yang sedang kita lihat.”

Baca Juga:  Ada Hambatan Regulasi, Program PRS di Riau Selama 2022 Tidak Maksimal

Kementerian ekonomi dan kementerian perdagangan Indonesia tidak segera menanggapi permintaan komentar. Malaysia dan Indonesia menyumbang sekitar 85% dari ekspor minyak sawit global dan UE adalah pasar terbesar ketiga mereka.

Kedua negara Asia Tenggara tersebut menuduh UE melakukan kebijakan diskriminatif yang menargetkan minyak kelapa sawit dan Malaysia sebelumnya mengatakan dapat menghentikan ekspornya ke UE karena undang-undang deforestasi.

Dimana deforestasi adalah fenomena kehilangan tutupan pohon dan area hutan yang terjadi akibat aktivitas manusia atau kejadian alam.

Menurut UE, pembicaraan menuju FTA dengan Indonesia diluncurkan pada 2016, putaran terakhir pada November 2021. Negosiasi kesepakatan dengan Malaysia dimulai pada 2010 tetapi dihentikan dua tahun kemudian.

Undang-undang deforestasi Uni Eropa melarang impor kopi, daging sapi, kedelai, dan komoditas lainnya ke dalam blok tersebut kecuali perusahaan dapat memberikan informasi yang “dapat diverifikasi” bahwa produk tersebut tidak ditanam di lahan yang digunduli setelah tahun 2020.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto mengatakan bulan lalu bahwa undang-undang tersebut akan membebani petani kecil dengan prosedur administrasi yang berat, yang dapat membuat mereka dikeluarkan dari rantai pasokan global. AJ

Bagikan:

Informasi Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer
73852451p
Peraturan Menteri Pertanian No.26 tahun 2007 tentang Padoman Perizinan Usaha Perkebunan
kelapa-sawit
Begini Cara Membuat Pakan Ikan dari Bungkil Kelapa Sawit
Slide2
Palm Oil Mill Effluent atau POME Bisa Diolah Menjadi Biodiesel
IMG-20241123-WA0007
Tumpang Sari Padi Gogo Digenjot Untuk Dukung Ketahanan Pangan
Terbaru
WhatsApp-Image-2024-12-03-at-02.58
Periode Desember Harga TBS Kelapa Sawit Bengkulu Mencapai Rp3.116 per kilogram
IAT-teken-MoU
IAT Teken MoU dengan Aspekpir Indonesia untuk Tingkatkan Analisis Kualitas di Industri Kelapa Sawit Lokal
guru-besar
Pakar: Asetil selulosa tandan sawit bisa menjadi bahan baku plastik
bea-cukai-mendukung-peningkatan-ekspor-kelapa-sawit-cpo-dan-aue0
Bea Cukai Optimalkan CEISA 4.0 untuk Dukung Peningkatan Ekspor Kelapa Sawit