Samarinda-Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim memperkenalkan anak muda di Bumi Etam pada potensi dan peran penting kelapa sawit dalam perekonomian daerah bahkan nasional. Yakni dengan menggelar acara “Bekesahan dengan Bubuhan Milenial Part II” di Puri Senyiur Hotel Samarinda, 31 Oktober lalu. Ratusan pelajar hadir dalam diskusi tersebut.
Turut hadir Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Ence Ahmad Rafiddin Rizal. Ini merupakan agenda kedua setelah sebelumnya terlaksana di Sanggatta pada September lalu.
“Kita ingin meningkatkan pemahaman terkait pentingnya keberlanjutan dalam sektor ini. Dapat bersama-sama membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya industri kelapa sawit. Dalam konteks keberlanjutan dan pembangunan daerah,” beber Ketua Gapki Kaltim Rachmat Perdana Angga seperti dikutip dari Kaltim. Pos.
Diskusi tersebut membuka wawasan tentang tantangan dan peluang yang ada. Angga juga menekankan jika industri sawit tidak hanya berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun juga membuka lapangan pekerjaan lebih luas.
Merupakan salah satu program kerja Gapki, di mana sebagai pelaku usaha di bidang terkait memberi edukasi dan pemahaman kepada generasi milenial. Sebagai bentuk kampanye positif bahwa sawit itu baik, sehingga mengubah berbagai stigma negatif.
Selain diskusi, juga sekaligus momentum penandatanganan nota kesepakatan (MoU) antara beberapa perusahaan anggota Gapki dengan perguruan tinggi di Samarinda. Kerjasama diharapkan dapat memperkuat sinergi antara dunia industri dan akademik, dalam mengembangkan industri yang berkelanjutan.
Salah satu pembicara kunci, Edi Suhardi dari Gapki Pusat mengajak generasi milenial aktif berkampanye positif. “Adapun caranya dengan menyampaikan fakta dan data yang benar. Kampanye juga harus berbasis akal sehat dengan membandingkan informasi yang benar serta salah, kemudian mengklarifikasi berbagai isu yang kerap menjadi salah arti,” ungkapnya.
Disebutkan juga, jika harus berperan aktif dalam melindungi industri sawit sebagai salah satu pilar perekonomian nasional. Sebab disampaikan Edi, industri sawit telah menjadi tumpuan sumber pendapatan bagi 16,2 juta tenaga kerja baik di sektor perkebunan sawit maupun industri hilir dan pendukung lainnya.
“Pada 2023 lalu melalui minyak sawit sebagai biodiesel, Indonesia bahkan mampu menghemat devisa untuk mengimpor minyak bumi sebesar USD 7,92 miliar atau Rp 120,8 triliun. Saat ini minyak sawit Indonesia sudah diekspor ke lebih 160 negara di dunia serta untuk penggunaannya sudah meluas,” sambung dia.
Edi mengatakan ada upaya untuk mendiskreditkan minyak sawit dan hal tersebut telah membuahkan hasil dengan diberlakukannnya peraturan yang lebih ketat di Uni Eropa. Misalnya EUDR yang dianggap membatasi penggunaan minyak sawit yang merugikan para petani maupun industri kelapa sawit di Indonesia.