JAKARTA-Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi kinerja ekspor minyak sawit baik dari Refined Palm Oil dan Crude Palm Oil (CPO) akan menurun di tahun ini.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan volume ekspor minyak sawit Indonesia bakal sedikit mengalami penurunan sekitar 4% dari level 32 juta ton di tahun 2023 ke level 29-30 juta ton di tahun 2024.
Eddy menyebutkan, penyebab turunnya volume ekspor tersebut disebabkan faktor geopolitik dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China.
“Penurunan ini akibat dari kondisi ekonomi global yang kurang baik karena perang antara Rusia dan Ukraina yang belum tahu kapan selesai. Ditambah lagi perang Timur Tengah dan diperkirakan melambatnya ekonomi China,” kata Eddy kepada Kontan, Senin (22/1).
Eddy mengungkapkan, nilai ekspor minyak sawit Indonesia berpotensi mencapai US$ 30 miliar pada 2024, di mana harga rata-rata sawit di rentang US$ 900 hingga US$ 1.000 per ton.
Lebih lanjut, Eddy menerangkan, hingga saat ini adanya program B35 yang dicanangkan pemerintah tidak berpengaruh terhadap kinerja ekspor minyak sawit.
“Saat ini belum ya, karena konsumsi di tahun 2024 baik untuk pangan, energi dan oleo chemical sebesar 25 juta ton. Sementara produksi baik CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) sekitar 53-55 juta ton. Artinya ini tidak mengganggu atau mengurangi volume ekspor,” ucapnya.