JAKARTA – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) kembali melonjak pada Selasa (26/11/2024). Ini melanjutkan penguatan dua hari beruntun ditopang penguatan harga minyak kedelai.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Selasa, kontrak berjangka CPO untuk Desember 2024 naik 22 Ringgit Malaysia menjadi 4.851 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO Januari 2025 terkerek 33 Ringgit Malaysia menjadi 4.800 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO Februari 2025 meningkat 36 Ringgit Malaysia menjadi 4.735 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Maret 2025 menguat 43 Ringgit Malaysia menjadi 4.650 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO April 2025 naik 50 Ringgit Malaysia menjadi 4.564 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Mei 2025 melesat 51 Ringgit Malaysia menjadi 4.480 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Bernama, Trader minyak sawit David Ng mengatakan, harga CPO mengikuti pergerakan pasar minyak kedelai yang lebih kuat di Chicago Board of Trade (CBoT). Tidak hanya itu, ekspektasi penurunan produksi dalam beberapa minggu mendatang juga mendongkrak sentimen pasar.
“Oleh karena itu, kami melihat adanya level support di 4.650 Ringgit Malaysia per ton dan resistance di 4.850 Ringgit Malaysia per ton,” ujarnya.
Kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai Anilkumar Bagani mengatakan, harga CPO mulai pulih karena adanya pembelian karena harga murah akibat pemulihan bullish pada kontrak berjangka minyak kedelai CBoT, dipicu oleh ancaman Presiden terpilih AS Donald Trump, untuk mengenakan tarif 25% pada produk Meksiko dan Kanada yang masuk ke negaranya.
Menurut Anilkumar, ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-25 November yang diperkirakan oleh AmSpec Agri Malaysia turun sebesar 8,19% menjadi 1,16 juta ton, sementara Intertek Testing Services memproyeksikan penurunan sebesar 9,22% menjadi 1,20 juta ton dibandingkan periode 1-25 Oktober.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) memperkirakan produksi minyak sawit Malaysia akan turun sebesar 5,19 persen untuk periode 1-20 November. (Investor.id).