Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi pendahulu dalam mengembangkan biodiesel berbasis kelapa sawit.
Pada tahun 2022, Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia yang dapat memproduksi kelapa sawit sebesar 46,82 juta ton yang jumlahnya meningkat 1,29% dibandingkan dengan produksi tahun 2021.
Negara Indonesia memiliki potensi besar dalam mengubah tantangan keberlanjutan menjadi keunggulan dengan menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku untuk menciptakan biodiesel.
Pada tahun 2022, Indonesia memproduksi kelapa sawit sebesar 46,82 juta ton yang jumlahnya meningkat 1,29% dibandingkan dengan produksi tahun 2021.
Penggunaan biodiesel berbasis kelapa sawit diakui dapat mewujudkan energi hijau dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan ketahanan energi.
Teknologi Biodiesel
Biodiesel berbasis kelapa sawit mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Volume produksi biodiesel Indonesia pada tahun 2022 mencapai 11,82 juta yang menjadi rekor tertinggi.
Melalui inovasi teknologi seperti proses minyak sawit menjadi biodiesel yang berkualitas tinggi, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperkuat posisinya sebagai produsen energi terbarukan di pasar internasional.
Salah satu inovasi teknologi yaitu menggunakan katalis lokal yang lebih efisien dimana dapat mempercepat proses transesterifikasi, peningkatan efisiensi energi selama proses produksi, dan pengolahan limbah sawit untuk menghasilkan biodiesel yang lebih baik.
Indonesia telah beralih ke program B40 setelah peluncuran program B30 pada tahun 2020.
Program biodiesel B40 merupakan campuran biodiesel yang terbuat dari 40% minyak sawit dan salah satu inovasi baru.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan penelitian dan uji coba untuk memastikan kualitas dan kelayakan biodiesel B40 sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bersungguh-sungguh dalam penggunaan energi yang ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang berasal dari bahan bakar fosil.
Dampak Positif
Dari perspektif ekonomi, biodiesel kelapa sawit memiliki banyak manfaat bagi Indonesia.
Salah satunya yaitu kemampuan untuk meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit nasional setelah diolah menjadi biodiesel.
Menurut data dari Kementerian ESDM, program biodiesel berbasis sawit (B30) meningkatkan nilai CPO sebesar Rp 13,19 triliun pada tahun 2020.
Kebijakan ini juga mengurangi kebutuhan impor bahan bakar fosil, sehingga menghemat devisa sebesar USD 2,64 miliar.
Selain menghasilkan nilai tambah, program ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di industri perkebunan dan hilir.
Dengan demikian, kebijakan biodiesel memiliki kemampuan untuk membangun rantai pasok baru yang menghubungkan petani kecil ke industri pengolahan dan pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan. (kumparan.com).