JAKARTA – Emiten sawit berpotensi akan mendapat katalis positif dari harga Crude Palm Oil (CPO) alias minyak sawit mentah yang diperkirakan tetap stabil di tahun 2025.
Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa memandang positif prospek kinerja emiten sawit.
Hal itu karena memperkirakan harga jual rata-rata CPO lebih tinggi, biaya pupuk yang lebih rendah, dan produksi yang lebih baik, sejalan dengan panen puncak musiman pada kuartal ketiga dan kuartal keempat 2024.
Selain itu, tahun depan kebijakan B40 juga akan menjadi katalis positif lainnya. Penggunaan biofuel diharapkan memainkan peran penting dalam pertumbuhan konsumsi sawit di tahun depan.
Yasmin menjelaskan, Indonesia saat ini memiliki campuran bahan bakar wajib 35% dalam biodiesel atau disebut B35, dan berusaha untuk meningkatkan campuran menjadi 40% atau B40.
Jika rencana tersebut dilaksanakan, maka konsumsi biodiesel berpotensi naik hingga 16 juta ton.
Di sisi lain, penerapan B40 pada 2025 akan mengurangi persediaan produksi CPO di Malaysia, menandakan pemulihan setelah produksi yang lesu pada tahun sebelumnya.
Dari sisi harga, sepanjang tahun 2024, harga CPO global tetap stabil karena tingkat persediaan yang terus tinggi. Khususnya di kuartal ketiga, harga rata-rata komoditas CPO sekitar RM4.041 per ton.
Namun, Yasmin menurunkan perkiraan harga menjadi CPO global di tahun ini menjadi RM4.100 per ton, dari sebelumnya RM4.500 per ton. Proyeksi itu mempertimbangkan tidak ada faktor yang mendukung kenaikan harga CPO lebih lanjut.
Harga CPO kemungkinan baru kembali level RM4.500 per ton di tahun 2025. Khususnya di awal tahun karena secara musiman produksi CPO biasanya lebih rendah.
“Katalis lainnya bagi harga CPO dari meningkatnya permintaan menjelang dua hari raya pada kuartal-I 2025, tahun Baru Cina dan Idul Fitri, serta dimulainya penerapan B40 tahun depan,” ungkap Yasmin kepada Kontan.co.id, Jumat (22/11).
Sementara itu, Analis Verdhana Sekuritas Nicholas Goei menilai, harga CPO akan tetap stabil di tahun depan.di atas US$1.000 per ton. Hal tersebut mengingat adanya kekeringan di Brazil dan mandat B40 pada tahun 2025.
Nicholas menjelaskan, kondisi kekeringan di Brasil saat ini akan berdampak pada penyusutan pasokan kedelai pada tahun 2025.
Akibatnya, hal itu dapat memberikan potensi kenaikan harga CPO karena harga minyak kedelai dapat meningkat.
Sementara itu, program B40 dipandang dapat meningkatkan konsumsi CPO. Verdhana Sekuritas memproyeksi konsumsi CPO global di tahun 2025 akan meningkat menjadi 84,7 juta ton.
Di sisi pasokan, pertumbuhan persediaan CPO diperkirakan datar karena pertumbuhan lahan minimal, bersama dengan populasi pohon yang menua di Indonesia dan Malaysia.
Namun, program B40 juga memiliki kekurangannya. Karena minyak mentah lebih murah, untuk mengganti minyak mentah dengan biodiesel diperlukan subsidi tambahan.
“Permintaan CPO global akan meningkat didorong oleh mandat B40, sementara pasokan diperkirakan tetap stagnan karena pohon-pohon di Indonesia menua dan kurangnya pertumbuhan lahan,” ungkap Nicholas dalam riset 28 Oktober 2024. (Kontan.co.id).