JAKARTA- Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menandatangani Komitmen Bersama Tumpang Sari Tanaman Pangan diLahan Perkebunan yang dilaksanakan Jumat, 22 November 2024.
Penandatanganan komitmen dihadiri Plt Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Kantor Menko Perekonomian, Menko Pangan, Kementerian Koperasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian ATR/BPN, PTPN, BPDPKS, Aspekpir, Gapki hingga Apkasindo.
Komitmen bersama ditandatangani oleh Direktur Palm dan Aneka Tanaman, Sekjen Kementan, Aspekpir, Apkasindo, Gapki, Palm Co dan PTPN Holding. Targetnya 500.000 hektare tahun 2025 lahan PSR yang ditanami pagi gogo.
Ketua Umum Aspekpir Indonesia Setiyono yang langsung hadir pada kegiatan itu menjelaskan salah satu point penting dari rapat tersebut adalah penegasan bahwa biaya untuk kegiatan tumpang sari tidak menjadi bagian dari biaya PSR yang sebesar Rp60 juta per hektar.
Menurut dia, hal ini menjadi kabar baik bagi petani sawit plasma anggota Aspekpir Indonesia yang sudah menyediakan lebih dari 5.000 hektare lahan untuk program penanaman padi gogo atau tanaman tumpang sari lainya.
“Dari Pemerintah sudah menegaskan jika program tumpang sari tidak akan mengganggu dana PSR yang Rp60 juta per hektare. Nanti akan dicarikan sumber-sumber dana lainya,” katanya.
Sebagai informasi, ekstensifikasi lahan untuk menanam padi gogo menjadi sangat mendesak sebagai kompensasi hilangnya sawah produktif di Pulau Jawa, memenuhi kebutuhan stok beras nasional, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Lahan PSR memiliki potensi besar untuk mendukung program ini, terutama pada tanaman sawit usia TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) hingga tiga tahun pertama.
Dengan luas PSR yang diproyeksikan mencapai 400 ribu hektar per tahun pada 2025- 2031, intercropping padi gogo di lahan tersebut dapat berkontribusi pada produksi beras lebih dari 1,8 juta ton per tahun.
Hal ini menjadikannya sebagai langkahstrategis dalam mengamankan ketahanan pangan Indonesia di masa depan. AJ