PEKANBARU- Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (ASPEKPIR) menilai sudah waktunya bagi Indonesia untuk mengelola dan mengembangkan kelapa sawit dari hulu hingga ke hilirnya.
Ketua DPD I ASPEKPIR Provinsi Riau Sutoyo mengatakan sebagai negara penghasil sawit terbesar dunia, Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk mengelola dan mengembangkan industri hulu hingga ke hilir kelapa sawit.
Menurut dia, sudah waktunya bagi Indonesia untuk fokus dalam mengembangkan dan mengelola sektor kelapa sawit. “Saya sependapat, sudah waktunya bagi Indonesia untuk mengelola sawit dari hulu sampai hilir,” katanya kepada infoaspekpir.com.
Dalam mengembangkan sektor hulu dan hilir kelapa sawit, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai teknologinya. Dalam hal ini, dia menilai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memainkan peran strategis.
“Yang paling penting itu adalah kemampuan SDM yang mampu menguasai tehnologinya. Dana BPDPKS dari pingutan ekspor seharusnya bisa dialokasikan untuk pengembangan SDM,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, menilai bahwa Indonesia seolah tak mensyukuri berkah Tuhan terhadap pohon kelapa sawit. Pasalnya, pelaku industri domestik hanya mau memanfaatkan tandan buah setara (TBS) sawit hanya untuk produk minyak goreng saja.
Padahal, negara-negara Eropa sudah lebih jauh memanfaatkan sawit untuk kepentingan lain yang dampaknya lebih luas, dan punya nilai ekonomi lebih tinggi.
“Kita bikin minyak goreng sawit seolah kita tak percaya Tuhan. Konsep Eropa mulai 1992 membuat sawit itu tujuan utamanya apa? Yaitu lemak, sebagai pengganti lemak binatang dan lemak ikan. Dan juga lampu-lampu, dan dulu dipakai lubrikan,” paparnya saat ditemui di Jakarta, dikutip Minggu (22/1/2023).
“Terus ada ahli Prancis menemukan bahwa minyak sawit itu sama dengan lemak binatang, ada gliserin ada fatty acid. Oleh karena itu cocok untuk bikin produk lain,” ujar Sahat.
Sahat lantas mencontohkan Port Sunlight, sebuah pemukiman pekerja di kawasan Merseyside, Liverpool, Inggris yang dulunya berkembang berkat sukses memaksimalkan potensi sawit di luar sekadar minyak goreng.
“Maka itu kalau kau ke Liverpool, ada pelabuhan Port Sunlight. Itu mulai abad 18 dibuat Port Sunlight. Kenapa? Mula-mula sawit digunakan untuk sabun, itu Inggris (yang mulai),” ungkapnya. Red